Islam Web

Artikel

  1. Home
  2. Artikel
  3. POKOK BAHASAN
  4. Sunnah

Bid`ah dan Bahayanya (Bag.1)

Bid`ah dan Bahayanya (Bag.1)

Tak diragukan lagi bahwa bid`ah-bid`ah menyesatkan dan syahwat-syahwat haram akan meruntuhkan dan melemahkan keberagamaan di dalam hati. Adapun bid`ah adalah penyakit yang sangat sulit diobati, racun yang sangat membunuh, membutakan dan membisukan, mencelakai pelakunya serta berbahaya bagi Agama dan dunia. Bid`ah adalah ajaran baru yang dibuat-buat di dalam agama, yang tidak memiliki dasar di dalam Syariat, baik ditunjukkan oleh Kitab Allah atau Sunnah Nabi-Nya. Maka para ulama mengatakan bahwa bid`ah ialah segala hal baru yang dibuat-buat di dalam Agama dan tidak memiliki dasar di dalam Syariat.

Ahli bid`ah dapat diketahui dari penyimpangannya terhadap kaum Muslimin dan imam mereka, serta para ulama Al-Quran dan Sunnah. Adapun orang yang disebut sebagai ulama tetapi ia berpaling dari Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya  may  Allaah  exalt  his  mention, jahil terhadap Al-Quran maka ia bukanlah ahli ilmu, ia hanya penyeru kepada kesesatan dan fitnah.

Awal mula bid`ah di dalam Islam ialah bid`ah kaum Khawarij, lalu muncullah setelah mereka berbagai macam bid`ah. Para Shahabat memerangi bida`ah-bid`ah yang muncul di zaman mereka, mereka menolak dan mematikannya, serta menerangkan kepada manusia Sunnah Rasulullah  may  Allaah  exalt  his  mention petunjuk hidayah dan kebenaran. Mereka menerangkannya dengan Al-Quran dan Sunnah sehingga dengan mereka Allah menyingkap kebingunan Umat dan menumpas segala macam bid`ah. Kemudian para Tabi`in meneruskan tugas mereka dengan penuh amanah, kemudian para pengikut Tâbi`în dan penerus mereka hingga Hari Kiamat. Allah akan selalu menjaga dan membela Agama-Nya, sebagaimana firman-Nya (yang artinya): “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Quran dan sungguh Kami benar-benar memeliharanya.” [QS. Al-Hijr: 9], “Dan menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [QS. At-Taubah: 40].

Allah—Subhanahu wata`ala—telah memperingatkan dan menjelaskan kepada kita bahaya dan akibat buruk bid`ah di dunia maupun Akhirat, sebagaimana firman-Nya (yang artinya): “Dan janganlah kalian menjadi seperti orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat. Pada Hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): ‘Kenapa kalian kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu’.” [QS. Âli `Imran: 105-106]. Ayat ini menjelaskan tentang ahli bid`ah yang telah memecah belah Umat dan melemahkannya.

Ibnu Katsir menjelaskan dalam kitab Tafsirnya: “Maksud ayat ini ialah Hari Kiamat, ketika wajah-wajah Ahlussunnah wal Jama`ah putih berseri, sementara wajah-wajah ahli bid`ah dan perpecahan hitam muram. Tafsir ini berasal dari Ibnu `Abbas  may  Allaah  be  pleased  with  them. Abdullah Ibn Mas`ud  may  Allaah  be  pleased  with  them berkata ‘Hendaklah kalian mengikuati Jama`ah karena tangan Allah berada di atas Jama`ah’.

Diriwayatkan dari Mu`awiayh Ibn Abi Sufyan  may  Allaah  be  pleased  with  them ia berkata, Sesungguhnya Rasulullah  may  Allaah  exalt  his  mention bersabda: “Sesunggunya kedua Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) berpecah-belah ke dalam 72 golongan dan sungguh Umat ini akan terpecah-pecah ke dalam 73 golongan, semuanya di Neraka kecuali satu, yaitu Al-Jama`ah. Dan sungguh akan keluar dari Umatku kaum-kaum yang akan dirasuki oleh bid`ah, bagaikan “kalab” (penyakit anjing gila) yang merasuki penderitanya, sehingga tiada tersisa nadi maupun persendian melainkan bid`ah akan merasukinya.” [HR. Ahmad, Abu Dawud dan Al-Hakim].

Kalab ialah ialah penyakit yang diderita oleh seseorang akibat digigit anjing yang membuat tabiat dan mentalnya menjadi berubah. Penyakit itu akan merasuki seluruh persendian dan nadinya, sehingga kondisinya bertambah parah hari demi hari sampai akhirnya meninggal.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah  may  Allaah  be  pleased  with  them, dari Nabi  may  Allaah  exalt  his  mention beliau bersabda, “Sungguh di antara yang aku khawatirkan dari kalian ialah godaan syahwat perut dan kemaluan, serta hawa (kecendrungan aliran keyakinan/pemikiran) yang menyesatkan.” [HR. Ahmad].

Diriwayatkan dari `Irbadh Ibn Sariyah  may  Allaah  be  pleased  with  them ia berkata, “Rasulullah  may  Allaah  exalt  his  mention pernah menyampaikan kepada kami sebuah nasihat yang sangat menggetarkan hati dan mencucurkan ari mata. Lalu kami bertanya: Wahai Rasulullah, sepertinya ini adalah nasihat seorang yang hendak berpisah meninggalkan kami, maka berilah kami wasiat. Lalu beliau bersabda: ‘Aku wasiatkan pada kalian agar bertaqwa pada Allah, serta bersikap patuh dan taat meski kalian dipimpin oleh seorang budak. Sebab, siapa yang hidup di antara kalian setelahku akan melihat banyak pertikaian. Maka pegang teguhlah Sunnahku dan sunnah (tradisi) Khulafa’ Rasyidin (para khalifah yang mendapat petunjuk) setelahku. Gigitlah ia dengan gerahammu (teguhlah berpegang padanya), dan waspadalah kalian terhadap perkara-perkara baru, karena setiap bid`ah (perkara baru dalam agama) adalah kesesatan. [HR. At-Tirmidzi].

Diriwayatkan dari Anas  may  Allaah  be  pleased  with  them ia berkata, “Sungguh kalian benar-benar melakukan beberapa amalan yang menurut kalian lebih kecil dari helai rambut, padahal kami menganggapnya sebagai pelanggaran besar di zaman Rasulullah  may  Allaah  exalt  his  mention.”

Bid`ah dapat meruntuhkan Agama, merusak hubungan baik, mendatangkan murka dan azab Allah—Subhanahu wata`ala—yang pedih di dunia dan Akhirat, memicu turunnya hukuman Allah yang menyeluruh di dunia, menyebabkan hati saling menjauhi, membahayakan maslahat manusia, mewariskan kehinaan dan kerendahan, melemahkan Umat, menyebabkan musuh-musuh tamak untuk menguasai Umat, sebagaimana sabda Nabi  may  Allaah  exalt  his  mention: “Telah dijadikan kehinaan dan kerendahan bagi siapa saja yang menyelisihi perintahku.”

Adapun syahwat-syahwat haram ia juga akan membahayakan keberagamaan seorang Muslim, karena akan merusak dan membuat hatinya keras serta menimbulkan kelalaian yang membahayakan. Jika seorang manusia terus-menerus menuruti dan mematuhinya maka hatinya akan berkarat dan dikunci dengan hal itu, mata hatinya buta sehingga ia malah menyukai apa-apa yang dibenci oleh Allah dan membenci apa-apa yang disukai oleh Allah. Maksiat-maksiat tersebut akan menggiringnya menuju kerugian, hukuman-hukuman Allah yang bermacam-macam, terhalangi dari rahmat, dan azab pedih yang akan menimpanya di Akhirat jauh lebih besar dan lebih dahsyat.

Seorang Muslim sejati ialah yang mampu mengendalikan diri dan memimpinnya dengan kendali ketaqwaan menuju amal-amal yang shalih dan memberi manfaat, dan tidak menggembalakan dirinya di ladang maksiat. Sebab, jika ia terus-menerus bermaksiat, mematuhi segala perintah hawa nafsunya niscaya jiwanya akan menjadi berat, sulit dikendalikan dan akan menggiringnya kepada keburukan dan bencana, menjerumuskannya ke dalam azab yang pedih. Allah—Subhanahu wata`ala—berfirman (yang artinya): “Maka datanglah sesudah mereka, penerus (yang buruk) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui ghayy (lembah kesesatan).” [QS. Maryam: 59].

Diriwayatkan dari Ibnu Mas`ud—tafsir firman Allah—Subhanahu wata`ala—(yang artinya): “Maka mereka kelak akan menemui ghayy—ia berkata: “(Ghayy) adalah sebuah lembah di Neraka yang dasarnya sangat dalam dan makanannya sangat buruk.”

Diriwayatkan dari Abu Malik Al-Asy`ari  may  Allaah  be  pleased  with  them bahwa ia mendengar Nabi  may  Allaah  exalt  his  mention bersabda: “Benar-benar akan ada sekelompok kaum dari Umatku yang menghalalkan kemaluan (gemar berzina), (memakai) sutra (bagi kaum laki-laki), minuman keras dan alat musik.” [HR. Al-Bukhari].

Diriwayatkan dari Abu Hurairah  may  Allaah  be  pleased  with  them ia berkata: Rasulullah  may  Allaah  exalt  his  mention bersabda: “Dua golongan penghuni Neraka yang tak pernah aku lihat (di zamanku ini): kaum yang memiliki pecut seperti ekor sapi untuk memukul orang-orang dan wanita-wanita berpakaian tetapi telanjang, sesat dan menyesatkan. Kepala mereka serupa punuk unta yang miring. Mereka tidak akan masuk Surga dan tidak akan pernah mencium baunya. Dan sungguh bau Surga itu benar-benar tercium baunya dari jarak sekian-sekian perjalanan.” [HR. Muslim].

Maksud “berpakaian tetapi telanjang” ialah mereka memakai pakaian tetapi tidak menutup aurat sehingga menggoda dirinya dan orang lain. Maksud “menyesatkan” ialah mereka menggiring sesama perempuan kepada keburukan dan menggiring kaum laki-laki kepada keburukan, perbuatan jahat dan perzinahan. Maksud “sesat” ialah mereka sesat pada diri mereka. maksud “kepala mereka seperti punuk untuk yang miring” ialah mereka melanggar petunjuk Nabi— may  Allaah  exalt  his  mention.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah  may  Allaah  be  pleased  with  them ia berkata, Rasulullah  may  Allaah  exalt  his  mention bersabda: “Akan datang kepada manusia suatu zaman dimana seseroang tidak peduli lagi bagaimana ia memperoleh harta, apakah dari yang halal ataukah yang haram.” [HR. Ahmad dan Al-Bukhari].

Maka, wahai kaum Muslimin, pikirkan, renungkan dan berhati-hatilah agar tidak memasuki dua pintu ini: pintu bid`ah dan pintu syahwat haram. Dua perkara inilah yang sangat berbahaya bagi Islam dan kaum Muslimin, dan tidak ada yang akan menjaga dan menyelamatkan seseorang dari keduanya kecuali ilmu yang bermanfaat dan amal shalih. Kejahilan adalah sebab seluruh keburukan. Allah—Subhanahu wata`ala—berfirman (yang artinya): “Dan sungguh kebanyakan (dari manusia) benar-benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas.” [QS. Al-An`am: 119]. “Dan jika kalian menuruti kebanyakan orang di muka bumi ini niscaya mereka akan menyesatkan kalian dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” [QS. Al-An`am: 116]. “Tetapi kebanyakan mereka tidak jahil.” [QS. Al-An`am: 111]. “Katakanlah: ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” [QS. Az-Zumar: 9].

Artikel Terkait