Di antara nikmat Allah—Subhânahu wata`âlâ—bagi orang-orang muslim adalah disyariatkannya puasa Ramadhan dan dijadikannya puasa di bulan ini sebagai bekal dan pembangkit semangat ibadah setiap individu, keluarga, dan masyarakat secara keseluruhan. Di bulan ini, keimanan, semangat, dan akhlak umat Islam meningkat. Semua itu membuat mereka mampu mengambil manfaat semaksimal mungkin dari kehidupan, sehingga dapat menjalani hidup dengan penuh kebahagiaan. Di bulan mulia ini, hati umat Islam semakin dekat dengan Allah—Subhânahu wata`âlâ, iman mereka semakin kokoh, semangat mereka semakin membara, dan keislaman mereka semakin tebal, sehingga mereka dapat mengambil manfaat dan berbahagia dengan berbagai kebaikan di alam ini.
Agar sebuah keluarga muslim dapat merealisasikan hal-hal di atas, mreka harus membuat program-program yang mencakup amalan-amalan hati dan amalan-amalan lahiriah, sejalan dengan semangat dan harapan setiap anggota keluarga di bulan Ramadhan ini.
1. Amalan-amalan Hati
Amalan-amalan hati terbagi menjadi dua:
· Amalan-amalan yang bersifat personal yang dilakukan setiap individu secara tersendiri.
· Amalan-amalan kolektif yang dilakukan melalui kerjasama semua anggota keluarga.
Beberapa contoh amalan hati yang bersifat personal:
- Menetapkan waktu khusus dalam satu hari untuk melakukan tadabur (perenungan) terhadap ciptaan-ciptaan Allah—Subhânahu wata`âlâ. Tadabur seperti ini akan menambah keimanan terhadap kekuasaan dan keagungan Sang Pencipta, menambah kecintaan dan kedekatan dengan-Nya, memupuk rasa tawakal kepada-Nya, serta membuat seorang mukmin semakin bersemangat untuk meminta pertolongan, rezeki, dan berbagai manfaat dari-Nya. Waktu untuk tadabur ini sebaiknya berbeda-beda antara satu orang dengan yang lain, sesuai kondisi masing-masing.
- Menetapkan waktu khusus untuk membaca Al-Quran dan berzikir mengingat Allah. Karena zikir akan menghidupkan hati, sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Musa—Semoga Allah meridhainya, bahwa Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Perumpamaan orang yang berzikir mengingat Allah dan orang yang tidak berzikir adalah seperti orang yang hidup dan orang yang mati." [HR. Al-Bukhâri]
Dengan zikir juga hati menjadi tenang. Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—berfirman (yang artinya): "(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." [QS. Ar-Semoga Allah meridhainya`d: 27]
Zikir yang dimaksud mencakup istighfar, doa, zikir-zikir secara umum, membaca Al-Quran dan sebagainya. Semua amalan ini dilakukan oleh masing-masing anggota keluarga sesuai kemampuan mereka, sejalan dengan kondisi masing-masing, dan di tempat yang paling sesuai bagi masing-masing.
- Senantiasa melakukan shalat di awal waktu. Amalan ini termasuk yang paling disukai oleh Allah—Subhânahu wata`âlâ. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan dari Abdullah ibnu Mas`ûd—Semoga Allah meridhainya, ia berkata, "Aku pernah bertanya kepada Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam, 'Amalan apakah yang paling disukai oleh Allah?' Beliau menjawab, 'Shalat pada waktunya'. Aku bertanya lagi, 'Kemudian apa?' Beliau menjawab, 'Kemudian berbakti kepada kedua orang tua'. Aku bertanya lagi, 'Kemudian apa?' Beliau menjawab, 'Jihad di jalan Allah'. Beliau menyampaikan semua itu kepadaku. Seandainya aku meminta lebih banyak lagi pasti beliau menjelaskannya." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]
Jika Allah—Subhânahu wata`âlâ—menyukai suatu amalan, Dia juga akan menyukai pelakunya. Dan jika Allah menyukai seseorang, Dia akan menambahkan taufik dan kebahagiaan kepadanya. Setiap kali seseorang menunaikan shalat berjemaah di mesjid, pahalanya pun semakin berlipat ganda.
- Mengkhususkan beberapa waktu ketika sahur (dinihari) untuk melakukan shalat beberapa rakaat, lalu berdoa kepada Allah—Subhânahu wata`âlâ, dengan senantiasa mengingat ayat berikut ini (yang artinya): "Dan pada sebagian malam hari lakukanlah shalat Tahajud sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkatmu ke tempat yang terpuji." [QS. Al-Isrâ': 79]
Hendaklah setiap individu benar-benar meresapi bahwa ia sedang berada di sepertiga malam terakhir, saat Allah turun ke langit Dunia.
Adapun untuk amalan-amalan kolektif (bersama), mayoritas amalan di atas juga dapat dilakukan secara bersama oleh anggota keluarga, dengan memperhatikan kondisi masing-masing anggota. Karena kebersamaan melahirkan kekuatan, semangat, kerjasama, keakraban, dan ketenangan.
2. Amalan-amalan Fisik (Perilaku)
Tujuan dari amalan ini adalah memanfaatkan saat-saat kenaikan volume semangat dan keimanan untuk menanamkan beberapa akhlak-akhlak islam yang asasi. Diiharapkan, pengamalan sebagian akhlak-akhlak ini dengan izin Allah akan menghantarkan seseorang kepada kemampuan memegang teguh akhlak-akhlak islami yang lain. Amalan-amalan ini ada yang bersifat individu dan ada juga yang bersifat kolektif.
Di antara amalan fisik yang bersifat individu adalah:
- Menundukkan padangan dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah—Subhânahu wata`âlâ. Akhlak ini akan melatih seseorang untuk semakin meningkatkan ketakwaannya, sekaligus akan membuahkan kemanisan iman di dalam hati.
- Menjaga mulut dari ghîbah (gunjing), adu domba, mengejek, dusta, dan hal-hal sejenis. Sebuah hadits diriwayatkan dari Sahal ibnu Sa`ad—Semoga Allah meridhainya, bahwa Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Barang siapa yang mampu menjamin kepadaku (untuk selalu menjaga) anggota tubuhnya yang terletak di antara kedua jenggotnya (mulut) dan anggota tubuhnya yang terletak di antara kedua kakinya (kemaluan), aku menjaminkan Surga untuknya." [HR. Al-Bukhâri]
Hadits lain diriwayatkan dari Abu Hurairah —Semoga Allah meridhainya, bahwa Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Barang siapa tidak meninggalkan ucapan dan perbuatan yang tidak benar, maka Allah tidak memerlukan (puasanya) saat ia meninggalkan makanan dan minumannya." [HR. Al-Bukhâri]
- Menepati Janji. Akhlak ini membuat seseorang mampu menjaga waktu dan menghemat tenaganya, memperbaiki hubungannya dengan orang lain, serta mendatangkan rezeki dan keuntungan baginya, dengan izin Allah.
Adapun amalan-amalan fisik yang bersifat kolektif adalah seperti:
- Berusaha semaksimal mungkin agar seluruh anggota keluarga berkumpul ketika makan sahur dan berbuka puasa. Momen yang penuh keakraban ini dapat menjadi ajang seluruh anggota keluarga untuk melatih penerapan akhlak-akhlak islami, seperti bekerjasama dalam mengambil dan mengangkat makanan, menjaga etika saat berbincang-bincang di sekeliling makanan, menanamkan rasa saling mencintai, menjaga kejernihan hati, melatih rasa ridha dengan apa yang ada, melatih untuk menghadirkan niat, membiasakan diri untuk membaca basmalah dan hamdalah, melatih diri untuk mendahulukan orang lain, tidak mencela makanan, mengingat kondisi orang-orang fakir, tidak berlebihan dalam makan dan minum, melatih komitmen dengan waktu, dan sebagainya.
- Berpartisipasi dalam melayani masyarakat. Perilaku ini akan melatih seseorang untuk bekerjasama dengan lingkungan masyarakat, mengasah kemampuan interaksi dengan seluruh elemennya, melatih keikhlasan karena Allah, sekaligus berdakwah mengajak orang lain kepada Islam.
Pelayanan terhadap masyarakat dapat dilakukan dengan membagi-bagikan keperluan fakir miskin, memberi mereka makanan, membagikan zakat, mengundang para kerabat atau tetangga dan teman-teman, berkunjung ke rumah mereka, atau juga memberi hadiah kepada mereka. Semua itu akan semakin menambah keakraban dan kedekatan, sekaligus menyebarkan nilai-nilai Islam.
Akan lebih baik jika kepala keluarga menyempatkan diri berkumpul bersama seluruh anggota keluarganya, baik laki-laki maupun perempuan, untuk berdialog dalam suasana yang penuh keakraban, dalam rangka mengambil pendapat dan usulan masing-masing individu tentang apa yang akan dilakukan oleh mereka secara perorangan dan apa yang akan dilakukan secara kolektif. Karena dialog dan musyawarah ini dapat memberikan motivasi dalam melakukan amal ibadah dengan penuh kesadaran dan semangat, tanpa paksaan atau pun tekanan, mengingat motivasinya muncul dari dalam diri masing-masing.
Akan sangat baik pula jika dialog ini dilakukan setiap pekan untuk memantau pelaksanaan berbagai kesepakatan bersama yang telah dicapai, sekaligus mengevaluasi kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaannya lalu mencari solusinya. Pertemuan ini juga akan memotivasi peningkatan kualitas amalan yang telah terlaksana dengan baik, selain juga akan menjaga kontinuitas pelaksanaannya hingga setelah Ramadhan sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Semoga Allah—Subhânahu wata`âlâ—menolong kita untuk menjalani ketaatan dan menggapai ridha-Nya. Semoga Allah menjauhkan kita dari kesalahan dalam perkataan dan perbuatan.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita, Muhammad—Shallallâhu `alaihi wasallam—beserta keluarga dan para shahabat beliau.