Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad—Shallallâhu `alaihi wasallam—beserta keluarga dan para shahabat beliau hingga hari Kiamat.
Bulan Ramadhân menempati posisi yang mulia di hati umat Islam yang mengesakan Allah, Tuhan semesta alam. Bulan agung ini mengandung nilai-nilai ruhiyah dan sentuhan-sentuhan perasaan yang demikian bermakna bagi umat Islam. Bagaimana tidak, di dalamnya terdapat permata-permata mahal yang menjadikannya bulan terbaik sepanjang tahun. Di dalamnya ada rahmat, ampunan, dan pembebasan dari api Neraka. Di dalamnya juga ada sepuluh hari terakhir yang salah satunya berisi Lailatul Qadar. Siapa yang berhasil mendapat malam itu berarti telah menuai kebaikan yang demikian besar.
Bulan yang mulia ini selalu menghadirkan energi keceriaan dan kegembiraan untuk kita, karena di dalamnya terkumpul sekian banyak induk-induk ibadah. Ramadhân adalah bulan puasa, bulan qiyâm, bulan sedekah, dan pintu-pintu kebaikan lainnya.
Setiap kali bulan agung penuh berkah ini datang, hati orang-orang yang beriman senantiasa antusias menyambutnya, selalu bergembira menerima kehadirannya, dan demikian bahagia ketika ia semakin mendekat. Ia adalah nikmat Allah yang begitu agung, bukan hanya karena limpahan pahala yang Allah sediakan di dalamnya, bukan hanya karena ia mengantarkan kepada pembebasan dari api Neraka, tetapi karena ia mengandung berbagai pelajaran penting yang tidak diketahui kadarnya kecuali oleh orang yang mengetahui betul apa hikmah, faedah, dan pengaruh puasa terhadap hati, jiwa, fisik, dan masyarakat secara keseluruhan.
Bulan Ramadhân menjadi istimewa dibandingkan bulan-bulan yang lain dengan adanya faktor-faktor berikut:
1) Pengampunan Dosa-dosa.
Sebuah hadits diriwayatkan dari Abu Hurairah—Semoga Allah meridhainya, bahwa Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa sallam—bersabda, "Barang siapa yang berpuasa Ramadhân dengan keimanan dan mengharap ridha Allah niscaya diampuni segala dosanya yang telah lalu." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]
"Dengan keimanan" maksudnya adalah dengan meyakini kebenaran bulan yang agung ini. "Mengharap ridha Allah" maksudnya adalah hanya mengharap pahala dari-Nya, bukan mengharap penilaian manusia.
2. Pintu-pintu Surga Dibuka dan Pintu-pintu Neraka Ditutup Rapat.
Itu terjadi sejak malam pertama bulan Ramadhân yang penuh berkah ini, sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah—Semoga Allah meridhainya, bahwa Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa sallam—bersabda, "Apabila telah tiba malam pertama bulan Ramadhân, Syetan-syetan dan Jin-jin pembangkang dibelenggu, pintu-pintu Neraka ditutup sehingga tidak ada satu pun yang terbuka, pintu-pintu Surga dibuka sehingga tidak ada satu pun yang ditutup, dan berserulah si penyeru: 'Wahai pencari kebaikan, datanglah, wahai pencari kejahatan, berhentilah'. Dan Allah membebaskan sekian banyak orang dari api Neraka setiap malamnya." [HR. At-Tirmidzi; Menurut Al-Albâni: shahîh]
Hadits di atas memberikan penjelasan tentang berbagai keutamaan yang terdapat di bulan Ramadhân.
3. Di dalamnya Terdapat Ibadah yang Paling Agung.
Ini sekaligus merupakan faktor terbesar yang membuat kita bergembira dengan kedatangan bulan Ramadhân. Diriwayatkan dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah—Semoga Allah meridhainya, bahwa Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa sallam—bersabda, "Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—berfirman (yang artinya): 'Semua amal perbuatan anak Adam adalah untuknya kecuali puasa, karena sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku, dan Aku yang akan (langsung) membalasnya'. Puasa itu adalah perisai. Apabila seorang di antara kalian berpuasa janganlah ia berkata kotor dan jangan pula bersuara keras (membentak-bentak), jika dicaci atau diperlakukan jahat oleh seseorang, hendaklah ia berkata: Aku sedang berpuasa. Demi Allah yang jiwa Muhammad berada di Tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi bagi Allah daripada aroma kasturi. Orang yang berpuasa mempunyai dua kegembiraan: Apabila ia berbuka, ia bergembira, dan apabila ia berjumpa dengan Tuhannya, ia bergembira dengan (pahala) puasanya." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim.]
4. Seorang mukmin berhak bergembira dengan kehadiran bulan Ramadhân. Ia juga berhak merasa senang dengan kabar gembira yang dijanjikan Allah untuk orang-orang yang berpuasa.
Sebuah hadits diriwayatkan dari Sahl—Semoga Allah meridhainya, bahwa dari Nabi—Shallallâhu `alaihi wa sallam—bersabda, "Sesungguhnya di Surga terdapat satu pintu yang diberi nama Ar-Rayyân. Orang-orang yang berpuasa akan masuk melalui pintu itu pada hari Kiamat, dan tidak ada seorang pun yang (boleh) melewatinya kecuali mereka. Ketika itu, suatu suara berseru: 'Di manakah orang-orang yang berpuasa?' Kemudian orang-orang yang berpuasa pun berdiri, dan tidak ada seorang pun yang boleh masuk melalui pintu itu kecuali mereka. Apabila mereka telah masuk, pintu itu ditutup, dan tidak ada seorang pun yang boleh masuk melaluinya." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]
Saudaraku, bulan Ramadhân merupakan bulan gembira dan bulan suka cita yang dirasakan oleh setiap hamba yang beriman. Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa sallam—menegaskannya dengan sabda beliau, "Orang yang berpuasa memiliki dua kegembiraan: Apabila ia berbuka, ia bergembira, dan apbila bertemu dengan Tuhannya, ia bergembira dengan (pahala) puasanya."
Bulan suci ini benar-benar adalah tempat dan waktu yang tepat untuk bergembira. Bagaimana seorang mukmin tidak akan bergembira, sementara pintu Surga dibukakan untuknya, pintu ampunan atas dosa-dosanya yang berlalu dan yang akan datang juga dibuka, peluang pembebasan dari api Neraka tersedia, dan pencari kebaikan di seru agar datang dengan ikhlas menghadap Allah, Tuhan segenap makhluk, dengan semua keberuntungan dan kesuksesaan yang akan diperolehnya di dunia dan Akhirat.
Sudah tentu bahwa ini merupakan cita-cita setiap hamba dan keinginan setiap orang yang beriman. Lalu bagaimana mungkin seorang hamba tidak bergembira menyambut kedatangan bulan suci ini? Bagaimana ia tidak akan bersuka ria ketika dikaruniai anugerah keselamatan dari Neraka dan kesuksesaan memperoleh ridha Allah, Tuhan semesta alam?
Kita berdoa semoga Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—mempertemukan kita dengan bulan Ramadhân, mengaruniakan kepada kita kemudahan menunaikan puasa dan qiyamullail, menerima amal ibadah kita yang sedikit, serta mengampuni kesalahan kita yang begitu banyak. Sesungguhnya Allah Mahakuasa melakukan itu.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita, Muhammad—Shallallâhu `alaihi wasallam—beserta keluarga dan para shahabat beliau sampai hari Kiamat.
Walhamdulillâhi Rabbil`âlamîn.