Ia adalah salah seorang shahabat Rasulullah yang mulia. Namanya Ikrimah ibnu 'Amru—Semoga Allah meridhainya. Ayahnya bernama 'Amru Ibnu Hisyâm yang digelari oleh Nabi dengan nama Abu Jahal karena permusuhannya yang keras terhadap Islam dan kaum muslimin. Ikrimah memeluk Islam setelah peristiwa Fathu Makkah (penaklukan kota Mekah). Dahulu, Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa sallam—pernah menghalalkan Ikrimah untuk dibunuh karena sangat menampakkan permusuhannya terhadap Allah dan Rasul-Nya.
Ketika Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa sallam—berhasil menaklukkan kota Mekah, Ikrimah kabur dengan meninggalkan keluarga dan hartanya. Ia lari menuju daerah Yaman dan berencana akan pergi ke Habasyah. Namun Allah—Subhânahu wata`âlâ—telah menganugerahinya seorang istri yang setia, dan telah lebih dahulu memeluk Islam. Wanita itu adalah Ummu Hakîm bintu Al-Hârist ibnu Hisyâm. Ia sangat mencintai suaminya dan sangat menginginkan agar suaminya mendapat hidayah.
Ketika Ummu Hakîm mengetahui bahwa suaminya telah lari, ia pun pergi menemui Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa sallam—dan memintakan ampun dan jaminan atas suaminya. Hati Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa sallam—pun merasa iba melihat kondisi istri Ikrimah. Beliau—Shallallâhu `alaihi wa sallam—pun memberi jaminan untuk suaminya. Ummu Hakîm bergegas ingin menemui suaminya untuk memberitakan kabar gembira tentang pengampunan Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa sallam—tersebut. Setelah mengarungi sulitnya medan padang pasir, akhirnya sang istri yang ikhlas itu berhasil menyusul suaminya di sebuah pantai. Ketika itu, Ikrimah sedang berada di dalam perahu. Wanita itu terus memanggil-manggil suaminya sampai sang suami mendengar suaranya. Ummu Hakîm berseru, "Wahai suamiku, aku datang membawa pesan dari orang yang paling baik, manusia yang paling agung dan berhati mulia. Janganlah engkau celakakan dirimu sendiri." Lalu Ikrimah pun kembali menemui istrinya.
"Aku telah memohonkan jaminan keselamatan untukmu kepada Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa sallam." Kata sang istri. Ikrimah bertanya, "Benarkah engkau telah melakukan itu?" Istrinya menjawab, "Benar, aku telah berbicara dengan beliau, dan beliau pun bersedia memberikan jaminan keselamatan untuk dirimu."
Kemudian Ikrimah kembali bersama istrinya ke Mekah. Ia langsung menemui Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa sallam—dan mengumumkan keislamannya. Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa sallam—pun berujar kepadanya, "Selamat datang, wahai penumpang perahu yang berangkat hijrah." [HR. At-Tirmidzi]
Nabi berkata kepada para shahabat beliau, "Akan datang kepada kalian Ikrimah ibnu Abu Jahal dalam keadaan beriman dan berhijrah, maka janganlah kalian mencela bapaknya, karena mencela orang yang telah meninggal dunia akan menyakiti orang yang masih hidup dan tidak akan sampai kepada orang yang telah meninggal dunia." [HR. Al-Wâqidî dan Ibnu 'Asâkir]
Ikrimah menghadap Rasulullah dengan rasa penyesalan atas apa yang terjadi pada dirinya di masa lalu. Ia berkata, "Wahai Rasulullah, ajarkanlah aku kalimat terbaik yang engkau ketahui untuk aku ucapkan." Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda kepadanya, "Ucapkanlah kesaksian bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, Dzat satu-satunya yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya.)"
Ikrimah pun berkata, "Aku bersaksi dengan semua itu, dan aku persaksikan itu di hadapan orang-orang yang hadir bersamaku. Wahai Rasulullah, aku memohon kepadamu agar memintakan ampun kepada Allah untukku." Lalu Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa sallam—pun memintakan ampun untuknya.
Ikrimah berkata lagi, "Aku bersumpah demi Allah, aku tidak akan membiarkan ada biaya yang pernah aku gunakan untuk melawan agama Allah melainkan akan aku ganti berlipat ganda di jalan Allah. Begitu juga setiap perjuangan yang dahulu aku lakukan untuk melawan agama Allah, akan aku ganti dengan perjuangan yang berlipat ganda demi membela agama-Nya. Dan aku persaksikan ucapanku ini di hadapanmu, wahai Rasulullah."
Demikianlah, Ikrimah akhirnya memeluk Islam dan menjalani ajaran Agama barunya ini dengan baik. Ia ikut bergabung bersama tentara-tentara kaum muslimin dalam banyak peperangan. Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa sallam—bahkan menugaskannya untuk memungut sedekah dari orang-orang Hawâzin pada tahun wafatnya beliau. Ikrimah pun terus berjihad bersama kaum muslimin pada masa Khalifah Abu Bakar. Ia juga ikut serta dalam peperangan melawan orang-orang murtad. Ia sukses memberikan kontribusi besar dalam peperangan itu. Ia kemudian melanjutkan perjalanannya ke daerah Oman untuk memerangi orang-orang murtad di sana. Dan Abu Bakar—Semoga Allah meridhainya—mendaulatnya sebagai pemimpin pasukan pada saat itu. Ikrimah selanjutnya menetap di Oman sampai Abu Bakar wafat.
Pada saat Umar ibnul Khaththâb memegang kekhalifahan, perluasan wilayah Islam terjadi dengan sangat pesat. Ikrimah juga ikut andil di dalamnya. Ia terus berjihad di jalan Allah sampai datang saat perang Yarmuk. Pada perang itu, Ikrimah menjadi pemimpin beberapa brigade pasukan kaum muslimin. Ia menyeru kaum muslimin, "Siapakah yang mau membaiatku untuk berani mati?" Anaknya yang bernama 'Amrû beserta pamannya Al-Hârits ibnu Hisyâm dan Dharâr ibnul Azwâr segera memenuhi seruan itu, dengan disertai beberapa tentara kaum muslimin. Mereka pun maju menghadapi tentara-tentara Romawi. Di medan perang itu, Ikrimah—Semoga Allah meridhainya—menampakkan kepahlawanan dan keberaniannya yang luar biasa, sampai ia terluka di bagian wajah dan dadanya.
Kaum muslimin pun akhirnya mendapatkan kemenangan besar. Akan tetapi luka yang dialami Ikrimah ternyata cukup dalam, sehingga mengantarkannya ke gerbang syahid di jalan Allah. Di tubuhnya ditemukan lebih dari tujuh puluh luka akibat tikaman, tusukan panah, dan pukulan. Sebelum gugur sebagai syahid, Ikrimah mencontohkan sebuah teladan luar biasa dalam budaya Itsâr (mendahulukan kepentingan orang lain). Saat ia terluka, di sampingnya ada Al-Hârits ibnu Hisyâm dan Suhail ibnu 'Amru yang juga mengalami luka parah. Al-Hârits ketika itu meminta air untuk minum. Ketika air diberikan kepadanya, Ikrimah melihat kepada Al-Hârits, dan Al-Hârits pun berkata, "Berikanlah air ini kepada Ikrimah." Namun ketika Ikrimah mengambil air itu, Suhail melihat kepadanya, dan Ikrimah pun berkata, "Berikanlah air ini kepada Suhail." Tapi sayang, ketika air itu sampai ke Suhail, ternyata Suhail telah wafat. Kemudian Ikrimah dan Al-Hârist pun menyusul Suhail. Mereka semuanya gugur sebagai syahid di jalan Allah. Semuanya berusaha untuk mendahulukan saudara mereka untuk meminum air yang sangat mereka butuhkan. Semoga Allah meridhai mereka semua.