Segala puji bagi Allah, dan shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah beserta keluarga dan para shahabat beliau.
Sebab yang membuat orang Yahudi mengklaim Uzair sebagai putra Allah adalah sebagaimana yang dikisahkan oleh sebagian ulama Tafsir, di antaranya Imam As-Suyûthi, ketika menafsirkan firman Allah—Subhânahu wata`âlâ—(yang artinya): "Dan lihatlah kepada keledaimu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan engkau tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang-belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging." [QS. Al-Baqarah: 259]
Imam As-Suyûthi berkata, "Maksudnya, (Allah mengatakan kepada Uzair): 'Lihatlah kepada tulang-belulang keledaimu bagaimana Kami menyusunnya ke semua persendiannya, hingga ketika berbentuk rangka keledai tanpa daging, lihatlah bagaimana Kami membalut rangka itu dengan daging'. Ketika pemandangan itu terpampang di hadapannya, Uzair berkata, 'Aku kini mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu', seperti menghidupkan makhluk yang mati, dan sebagainya. Lalu Uzair mengendarai keledainya dan mendatangi kampungnya. Namun tidak seorang pun yang mengenalnya. sebaliknya, ia pun merasa asing dengan orang-orang di perkampungan itu serta suasana rumah-rumah di sana. Akhirnya, dalam kegalauannya, ia berjalan hingga tiba di rumahnya. Di sana, ia menemukan seorang nenek tua yang buta dan lumpuh, berusia berumur 120 tahun, dan dahulu mengenal Uzair. Uzair bertanya, 'Wahai Nenek, apakah ini rumah Uzair?' Nenek tua itu menjawab, 'Kami telah kehilangan dirinya sejak seratus tahun yang lalu dan tidak pernah mendengar kabarnya lagi'. Uzair berkata, 'Aku adalah Uzair, Allah telah mematikanku selama seratus tahun, kemudian menghidupkanku kembali'. Nenek tua itu berkata, 'Uzair adalah seorang yang makbul doanya. Ia sering mendoakan kesembuhan dan kesehatan bagi orang-orang sakit dan dan mendapat musibah. Berdoalah engkau kepada Allah supaya mengembalikan penglihatanku, agar aku dapat melihatmu. Jika engkau memang Uzair, aku pasti akan mengenalmu'. Uzair pun berdoa kepada Tuhannya lalu mengusapkan kedua tangannya ke mata nenek tersebut, dan sang nenek pun bisa melihat kembali. Kemudian Uzair memegang tangan nenek itu seraya berkata, 'Berdirilah dengan izin Allah'. Dan ternyata Allah pun menyembuhkan kedua kakinya dari kelumpuhan. Ia bisa berdiri dengan baik seolah-olah lepas dari suatu ikatan. Kemudian wanita tua itu memandang Uzair dengan seksama dan berkata, 'Aku bersaksi bahwa engkau memang adalah Uzair'.
Nenek itu kemudian bergegas ke perkampungan Bani Israil, dan saat itu, mereka sedang berada di perkumpulan dan majelis-majelis mereka. Anak Uzair ketika itu sudah menjadi orang tua yang berumur 118 tahun. Sementara cucu-cucunya juga telah menjadi para sesepuh di majelis itu. Sang nenek memanggil mereka dan berkata, 'Uzair telah datang kepada kalian'. Orang-orang di sana pun mengingkari ucapannya. Lalu ia berkata, 'Aku adalah Fulanah keluarga kalian. Uzair ini tadi berdoa kepada Tuhannya sehingga aku dapat melihat lagi dan sembuh dari kelumpuhanku. Ia mengaku bahwa Allah telah mematikannya selama seratus tahun kemudian membangkitkannya kembali'. Orang-orang pun bangkit berdatangan kepada Uzair dan memandangnya. Lalu anak Uzair berkata, 'Ayahku memiliki tahi lalat hitam di antara kedua pundaknya'. Uzair pun menyingkap pundaknya dan ternyata ia memang memiliki ciri itu.
Bani Israil pun berkata kepada Uzair, 'Sesungguhnya tidak ada seorang pun di antara kami yang menghafal Taurat selain Uzair. Nebukadnezar telah membakar Taurat hingga tiada sedikit pun yang tersisa selain hafalan beberapa orang. Tolong Anda tuliskan Taurat untuk kami'. Ayah Uzair, Sarûkh, dahulu pernah menimbun kitab Taurat pada zaman Nabukadnezar di suatu tempat yang tidak seorang pun mengetahuinya selain Uzair. Uzair pun mengajak mereka ke tempat itu, lalu menggalinya dan mengeluarkan Taurat dari sana. Tapi kertasnya telah lapuk dan tulisannya luntur. Ia pun duduk di bawah sebuah pohon, sementara Bani Israil mengelilingnya. Kemudian saat Uzair hendak memperbarui Taurat, turunlah dua cahaya dari langit yang memasuki badannya, sehingga ia mengingat semua isi Taurat, kemudian menulisnya kembali untuk Bani Israil. Oleh sebab itulah orang-orang Yahudi menyebut Uzair sebagai putra Allah, lantaran dua cahaya yang memasuki badannya, lalu memperbarui Taurat dan memimpin Bani Israil."
Wallâhu a`lam.