Segala puji hanya milik Allah semata. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi penutup, Muhammad—Shallallâhu `alaihi wasallam—yang tiada nabi setelahnya, juga kepada seluruh keluarga, para shahabat, dan orang-orang yang membela beliau.
Allah—Subhânahu wata`âlâ—memotivasi para hamba-Nya untuk bersegera dan berlomba-lomba melakukan kebaikan, sebagaimana tercantum dalam firman-Nya (yang artinya):
o "Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Tuhan kalian dan kepada Surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa." [QS. Âli `Imrân: 133];
o "Berlomba-lombalah kalian kepada (mendapatkan) ampunan dari Rabb kalian." [QS. Al-Hadîd: 21];
o "Maka berlomba-lombalah kalian (dalam berbuat) kebaikan." [QS. Al-Baqarah: 148];
o "Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba." [QS. Al-Muthaffifîn: 26];
o "Untuk kemenangan seperti ini hendaklah berusaha orang-orang yang bekerja." [QS. Ash-Shâffât: 61];
o Tentang Nabi Zakaria dan keluarganya, Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—berfirman (yang artinya): "Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya, dan Kami jadikan istrinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik, dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami." [QS. Al-Anbiyâ': 90]
Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam, dalam sebuah hadits shahîh bersabda, "Bertindak tidak terburu-buru adalah baik dalam semua perkara, kecuali dalam amal Akhirat." [HR. Abu Dâwud]. Karena dalam amal-amal Akhirat, seorang hamba harus bersegera dan berlomba melakukannya, bukan berlambat-lambat.
Sikap bersegera, berlomba, dan berkompetisi melakukan amal baik menunjukkan kedalaman iman di dalam jiwa. Karena semakin kokoh keimanan seseorang, semakin bersegera ia untuk meraih keridhaan Allah. Lihatlah seorang shahabat yang mulia, Umair ibnul Hamâm—Semoga Allah meridhainya. Ketika orang-orang musyrik semakin dekat dari pasukan kaum muslimin dalam perang Badar, Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda kepada kaum muslimin, "Bangkitlah kalian menuju Surga yang luasnya seluas langit dan bumi." Lalu Umair ibnul Hamâm Al-Anshâri berkata, "Wahai Rasulullah, Surga yang luasnya seluas langit dan bumi?" Beliau menjawab, "Ya." Umair pun berkata, "Wah, wah!" Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—kembali bersabda, "Apa yang membuatmu mengatakan itu?" Umair menjawab, "Aku hanya berharap termasuk orang yang beruntung mendapatkannya." Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam, manusia yang tidak mengucapkan sesuatu berdasarkan hawa nafsunya, bersabda, "Sesungguhnya engkau termasuk orang yang beruntung mendapatkannya." Mendengar itu, Umair kemudian mengeluarkan beberapa biji kurma dari kantongnya, lalu memakan sebagiannya, kemudian berkata, "Jika aku masih hidup hingga selesai memakan semua kurmaku ini tentu ini terlalu lama." Lalu ia pun membuang kurma-kurma yang ia pegang, kemudian menyerang musuh hingga terbunuh. [HR. Muslim]. Hendaknya seperti inilah yang kita lakukan dalam bersegera dan berlomba melakukan kebaikan.
Bersegera dan berlomba melakukan kebaikan ini sangat dianjurkan, karena kita tidak tahu berbagai kendala dan kesulitan yang akan menghalangi kita jika esok hari kita ingin melakukannya. Oleh karena itu, Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—memotivasi kita untuk bersegera menunaikan haji dalam sabda beliau, "Bersegeralah menunaikan haji, karena sesungguhnya seseorang dari kalian tidak tahu apa yang akan terjadi padanya." [HR. Ahmad]
Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—sendiri senantiasa bersegara dalam melakukan kebaikan. Hal ini sebagaimana diterangkan dalam sebuah hadits, bahwa pada suatu hari, beliau melakukan Shalat Ashar. Ketika selesai, beliau bersegera bangkit dan mendatangi rumah salah seorang istri beliau. Tidak lama kemudian, beliau keluar dan melihat raut wajah para shahabat yang nampak heran menyaksikan gerak beliau yang tadi terburu-buru. Melihat reaksi para shahabat tersebut, beliau pun bersabda, "Ketika sedang shalat, aku teringat sebuah logam—emas atau perak—yang kami miliki. Aku tidak suka jika ia masih berada di rumah kami hingga sore atau hingga esok hari. Karena itu, tadi aku memerintahkan agar ini dibagi-bagikan kepada orang banyak." [HR. Al-Bukhâri]
Hadits ini disebutkan oleh Imam An-Nawawi—Semoga Allah merahmatinya—di dalam kitab Riyâdhush Shâlihîn dalam bab Al-Mubâdarah Ilal Khairât (Bersegera Melakukan Kebaikan). Ibnu Utsaimin—Semoga Allah merahmatinya—ketika mensyarah hadits ini berkata, "Hadits ini mengandung anjuran bersegera dalam melakukan kebaikan, dan kita dilarangan untuk berlambat-lambat dalam melakukannya. Karena seseorang tidak tahu kapan kematian datang dengan tiba-tiba menjemputnya sehingga ia pun kehilangan kebaikan." Beliau juga berkata, "Hadits ini juga mengandung dalil yang menunjukkan bahwa Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—adalah orang yang paling bersegera dalam melakukan kebaikan." [Syarh Riyâdhush Shâlihîn]
Karena kita saat ini berada di bulan Ramadhan yang merupakan salah satu waktu mulia dan agung, karena ia merupakan bulan saat para hamba dibebaskan dari Neraka dan beruntung mendapatkan Surga, maka sudah sepantasnya kita meningkatkan amal kebaikan kita. Di saat kita melakukan amal shalih dan bersegera dalam melakukannya, kita juga wajib berusaha untuk dapat melakukannya secara kontinyu. Karena Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—dalam sebuah Hadits Qudsi pernah menyampaikan firman Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ, "Seorang hamba-Ku terus beribadah kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya." [HR. Al-Bukhâri]. Kata "mâ yazâlu" (terus menerus) dalam hadits ini menunjukkan makna kontinyuitas.
Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—juga bersabda, "Susulkanlah ibadah haji dengan umrah." [HR. At-Tirmidzi]
Ini karena kontinyuitas dalam kebaikan merupakan hal yang disukai oleh Allah. Pada suatu ketika, Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—ditanya, "Amal ibadah apa yang paling disukai oleh Allah?" Beliau menjawab, "Yang paling berkelanjutan, walaupun hanya sedikit." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]. Dan dalam hadits lain disebutkan: "Bahwa Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—jika melakukan amal ibadah, beliau selalu menjalankannya secara berkesinambungan." [HR. Muslim]
Hendaknya kita juga tidak pernah bosan dan jemu melakukan amal-amal shalih, karena Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Sesungguhnya Agama ini adalah mudah. Tidaklah seseorang bersikap berlebihan dalam melakukan amal ibadah dalam Agama ini kecuali ia akan kalah. Maka berusahalah melakukan yang benar dan berusahalah mendekati kebenaran." [HR. Al-Bukhâri]. Dalam sebuah riwayat disebutkan: "Bersikap sedang-sedang saja (tidak berlebihan), niscaya kalian akan sampai ke tujuan." [HR. Al-Bukhâri]
Dalam waktu yang sama, kita tidak boleh membebani diri kita dengan apa yang tidak mampu kita lakukan, atau berlebihan dalam beribadah. Sebuah hadits diriwayatkan dari Anas ibnu Malik—Semoga Allah meridhainya, bahwa pada suatu ketika, Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—masuk ke dalam Mesjid, lalu beliau mendapati seutas tali yang dibentangkan antara dua tiang, lalu beliau pun bertanya, "Tali apakah ini?" Orang-orang menjawab, "Itu tali milik Zainab. Jika ia merasa lemah (untuk shalat), ia berpegangan pada tali ini." Mendengar itu, Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda, "Tidak boleh demikian. Lepaslah tali ini. Hendaknya kalian melakukan shalat ketika ia dalam kondisi bugar. Jika ia lemah, hendaklah ia duduk." [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]
Ketika Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—mengetahui bahwa Abdullah ibnu `Amru ibnul 'Âsh—Semoga Allah meridhainya—melakukan shalat sepanjang malam dan berpuasa setiap hari, beliau melarangnya. Dan beliau menjelaskan sebabnya dengan bersabda, "Jika engkau melakukan hal itu, kedua matamu akan lemah dan jiwamu akan kelelahan." [HR. Al-Bukhâri]
Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—juga bersabda, "Lakukanlah amal ibadah yang kalian mampu, karena sesungguhnya Allah tidak akan berhenti memberikan pahala hingga kalian berhenti melakukan amal ibadah. Sesungguhnya amal ibadah yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling berkelanjutan, walaupun hanya sedikit." [HR. Abu Dâwud dan Ibnu Mâjah]
Semoga Allah—Subhânahu wata`âlâ—menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang bersegera dalam melakukan ketaatan dan menjauhi maksiat. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita, Muhammad—Shallallâhu `alaihi wasallam—beserta keluarga dan seluruh shahabat beliau.