Islam Web

  1. Fatwa
  2. SHALAT
  3. Hukum Masjid dan Tempat Shalat
  4. I’ktikaf
Cari Fatwa

Hukum I`tikaf Sebulan Penuh dalam Bulan Ramadhân

Pertanyaan

Saya ingin melakukan i`tikaf sebulan penuh di bulan Ramadhân yang penuh berkah ini, Insyâ Allah. Apakah ada pelanggaran terhadap Sunnah dalam perbuatan ini?

Jawaban

Segala puji bagi Allah, dan shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah beserta keluarga dan para shahabat beliau.

Sunnah yang selalu dilaksanakan oleh Nabi—Shallallâhu `alaihi wa sallam—adalah melakukan i`tikaf sepuluh hari di setiap bulan Ramadhân, tepatnya di sepuluh hari terakhir. Namun juga disebutkan dalam sebuah riwayat yang shahîh bahwa beliau pernah melaksanakannya lebih dari itu, sehingga beliau pernah melakukan i`tikaf sebulan penuh. Diriwayatkan dari Abu Sa`îd Al-Khudri—Semoga Allah meridhainya, ia berkata, "Suatu ketika, Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa sallam—melakukan i`tikaf pada sepuluh hari pertama di bulan Ramadhân, kemudian beliau melakukannya pada sepuluh malam pertengahan di dalam sebuah Kubah Turki yang beliau tutupi pintunya dengan tikar. Kemudian pada suatu waktu, beliau membuka tikar tersebut dengan tangan beliau dan menyibakkannya ke dalam kubah, lalu beliau menjulurkan kepala keluar untuk berbicara kepada orang banyak. Para shahabat pun mendekat kepada beliau, dan beliau bersabda, 'Sesungguhnya aku melakukan i`tikaf pada sepuluh hari pertama untuk mencari malam (Lailatul Qadar). Kemudian aku melakukan i`tikaf di sepuluh hari pertengahan, dan setelah itu, (Jibrîl) datang kepadaku mengatakan bahwa Lailatul Qadar itu ada pada sepuluh hari terakhir. Maka barang siapa di antara kalian yang mau melakukan i`tikaf hendaklah melakukannya'. Lalu orang-orang pun melakukan i`tikaf bersama beliau." [HR. Muslim]

Sebagaimana juga terdapat dalam sebuah riwayat yang shahîh bahwa beliau pernah melakukan i`tikaf selama dua puluh hari. Diriwayatkan dari Abu Hurairah—Semoga Allah meridhainya, ia berkata, "Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wa sallam—biasa melakukan i`tikaf 10 hari setiap Ramadhân. Lalu pada tahun beliau wafat, beliau melakukan i`tikaf selama 20 hari." [HR. Al-Bukhâri]

Dengan demikian, jelaslah bahwa Nabi—Shallallâhu `alaihi wa sallam—pernah melakukan i`tikaf selama satu bulan penuh, juga pernah melakukannya selama 20 hari, dan secara rutin beliau melakukannya pada 10 hari terakhir. Barang siapa yang melakukan i`tikaf pada salah satu bulan Ramadhân selama sebulan penuh, kemudian di tahun yang lain melakukannya selama 20 hari, dan pada tahun-tahun selainnya ia rutin melakukannya pada 10 hari terakhir, berarti ia benar-benar telah beramal sejalan dengan Sunnah dari berbagai sisinya. Wallâhu a`lam.

Fatwa Terkait

Cari Fatwa

Anda dapat mencari fatwa melalui banyak pilihan