Islam Web

  1. Fatwa
  2. AKIDAH
  3. Beriman Kepada Hari Akhirat
  4. Peristiwa Pada Hari Kiamat
Cari Fatwa

Mizan (Timbangan) di Hari Kiamat dan Apa yang Ditimbang

Pertanyaan

Assalamu`alaikum warahmatullahi wa barakatuh.
Pertanyaan saya adalah bagaimana proses penimbangan amalan baik dan amalan buruk di hari Kiamat? Jika seorang manusia melakukan dosa besar di dunia dan belum dijatuhi hukuman, namun ia telah bertobat, apakah dosa itu akan dimasukkan ke dalam timbangan amal buruknya? Ataukah Allah—Subhânahu wata`âlâ—tidak akan menghukumnya atas dosa yang telah ia akhiri dengan tobat tersebut, meskipun dosa itu sangat besar? Bagaimana pula proses penimbangan amal baik dan amal buruk bagi orang yang mati dan belum sempat bertobat? Apakah ia bisa selamat dari Neraka jika ia memiliki banyak kebaikan? Terima kasih atas jawaban Anda, dan semoga Allah membalasi jasa Anda dengan kebaikan.

Jawaban

Segala puji bagi Allah dan shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah beserta keluarga dan para shahabat beliau.

Sesungguhnya di antara bentuk keimanan kepada hari Akhirat adalah beriman dengan adanya mîzân (timbangan amal), sebagai sebuah timbangan sesungguhnya yang dipakai untuk menakar berat amalan manusia. Namun apa yang ditimbang? Terdapat tiga pendapat para ulama tentang masalah ini, yaitu:

  1. Pendapat pertama mengatakan bahwa yang ditimbang adalah amal itu sendiri. Amal itu dijadikan bertubuh, lalu diletakkan di atas timbangan. Pendapat ini disandarkan kepada banyak dalil dari hadits yang shahih. Di antaranya adalah sabda Nabi  may  Allaah  exalt  his  mention, "Dua kalimat yang dicintai oleh Tuhan Yang Maha Penyayang, mudah bagi lidah (mengucapkannya), namun berat dalam timbangan, yaitu: Subhânallâhi wa bihamdihi; Subhânallâhil `azhîm (Mahasuci Allah dengan segala pujian untuk-Nya; Mahasuci Allah Yang Mahaagung'." [HR. Al-Bukhari];
  2. Pendapat kedua mengatakan bahwa yang ditimbang adalah manusia itu sendiri. Manusia menjadi berat atau ringan sesuai dengan kadar keimanan dan amalnya, bukan karena besarnya ukuran fisik. Pendapat ini juga disandarkan kepada beberapa dalil. Di antaranya adalah sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah— may  Allaah  be  pleased  with  thembahwa Nabi  may  Allaah  exalt  his  mention bersabda, "Sesungguhnya akan datang seorang yang berbadan besar dan gemuk pada hari Kiamat namun timbangannya tidak lebih berat daripada satu sayap lalat di sisi Allah." Kemudian beliau bersabda, "Jika kalian mau, bacalah firman Allah (yang artinya): "…Dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari Kiamat." [QS. Al-Kahf: 105];
  3. Pendapat ketiga mengatakan bahwa yang ditimbang adalah lembaran-lembaran catatan amal. Dalilnya adalah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dan lain-lain tentang kisah seorang pembawa kartu amalan di Akhirat. Kartu yang bertuliskan dua kalimat Syahadat itu diadu dengan catatan amalannya, dan ternyata kartu itu mengalahkan berat catatan amalannya. Dalam hadits tersebut, Rasulullah  may  Allaah  exalt  his  mention bersabda, "Maka diletakkanlah catatan amalannya di salah satu piring timbangan, dan kartu itu di piring yang kedua."

Masing-masing pendapat ini memiliki pendukung dari sekelompok ulama. Berdasarkan dalil yang ada, tidak ada larangan bagi kita untuk mengadopsi ketiga pendapat ini. Hal ini dikuatkan oleh Hafizh Al-Hakami  may  Allaah  be  pleased  with  them dalam bukunya yang masyhur, Ma`arijul Qabul.

Sedangkan orang yang memiliki banyak dosa dan sudah melakukan tobat secara benar, dengan memenuhi semua syarat dan rukunnya, maka Allah akan menghapuskan dosa-dosa itu darinya. Nabi  may  Allaah  exalt  his  mention bersabda, "Orang yang bertobat dari dosa seperti orang yang tidak memiliki dosa." [HR. Ibnu Majah]

Setiap dosa yang telah ditutup dengan tobat oleh pelakunya dengan tobat yang diterima di sisi Allah, niscaya diampuni, seberapa pun besarnya, bahkan dosa syirik sekalipun. Allah—Subhanahu wata`ala—berfirman (yang artinya): "Katakanlah: 'Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang'." [QS. Az-Zumar: 53].

Ayat ini berbicara tentang semua dosa yang diakhiri dengan tobat oleh pelakunya, termasuk di dalamnya dosa syirik.

Sedangkan orang yang melakukan dosa besar selain syirik, kemudian ia tidak bertobat sampai meninggal dunia, maka nasibnya tergantung kepada kehendak Allah, apakah akan menyiksanya atau mengampuninya. Hal itu sesuai dengan firman Allah (yang artinya): "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar." [QS. An-Nisa': 53]

Barang siapa yang kebaikannya lebih banyak daripada keburukannya, insyaAllah, dengan izin dan karunia Allah, ia akan selamat.

Wallahu a`lam

Fatwa Terkait

Cari Fatwa

Anda dapat mencari fatwa melalui banyak pilihan

Today's most read