Mungkinkah ada orang di zaman sekarang yang akan tinggal bersama Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—di Surga, atau mendapatkan kedudukan seperti kedudukan para shahabat beliau?
Apa saja amalan-amalan yang dapat membuat seseorang dapat meraih kedudukan itu? Atau apa yang harus ia amalkan supaya bisa berada di samping Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—di Surga?
Segala puji bagi Allah, dan shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah beserta keluarga dan para shahabat beliau.
Tidak diragukan lagi, bahwa derajat para nabi adalah derajat yang paling agung dan kedudukan mereka adalah kedudukan yang paling tinggi. Ketika para shahabat—Semoga Allah meridhai mereka—mengetahui hal ini, dan merasa bahwa kedudukan yang tinggi itu tidak akan didapatkan kecuali oleh para nabi, mereka pun khawatir kalau tingginya derajat Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—menjadi penghalang bagi mereka untuk dapat melihat beliau dan tinggal di dekat beliau kelak di Surga. Beliau adalah manusia yang paling mereka cintai, dan mereka merasa tidak bisa berpisah dengan beliau walau hanya sejenak.
Karena itu, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari `Âisyah disebutkan, bahwa pada suatu ketika, seorang shahabat datang kepada Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—dan berkata, "Wahai Rasulullah, sungguh Anda lebih aku cintai daripada diriku sendiri, lebih aku cintai daripada keluargaku, serta lebih aku cintai daripada anak-anakku. Dan, sungguh, ketika aku sedang berada di rumah, aku selalu mengenang Anda. Aku tidak dapat bersabar sampai bisa mendatangi dan melihat Anda. Jika aku mengingat kematianku dan kematianmu, aku sadar bahwa ketika Anda masuk Surga kelak, Anda akan diangkat bersama para nabi yang lain. Dan, apabila aku masuk Surga, aku sangat khawatir tidak akan dapat melihat Anda." Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—tidak menjawab perkataan shahabat ini, sampai turun firman Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—(yang artinya): "Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul-(Nya), mereka itu kelak akan bersama-sama dengan orang-orang yang dikaruniai nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, orang-orang sejati, (yang amat teguh keyakinannya akan kebenaran rasul), orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shalih. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya [QS. An-Nisâ': 69]." [HR. Ath-Thabarâni, Ibnu Mardawaih, Abû Nu`aim, dan Adh-Dhiyâ' Al-Maqdisi. Menurut Al-Maqdisi: hasan].
Makna firman Allah—Subhânahu wa Ta`âlâ—(yang artinya): "Mereka itulah yang akan bersama-sama dengan orang-orang yang dikaruniai nikmat oleh Allah" adalah bahwa orang-orang tersebut akan bersama dengan mereka di satu tempat tinggal, dalam nikmat yang sama, serta dapat melihat para nabi itu dan berada di dekat mereka. Ini bersifat umum, tidak hanya khusus untuk orang-orang di satu zaman tertentu atau satu generasi tertentu. Barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dengan ketaatan yang sempurna, baik dalam menjalankan perintah maupun menjauhi larangan, maka atas karunia dan kemurahan Allah, ia akan hidup bersama dengan para nabi dan orang-orang yang diberi karunia oleh Allah. Ia akan bertetangga dengan mereka dan menjadi sahabat bagi mereka. Ini adalah janji Allah, dan Allah tidak pernah mengingkari janji-Nya.
Sebuah hadits diriwayatkan dari Abû Hurairah—Semoga Allah meridhainya, bahwa Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—pernah bersabda, "Seorang penanggung hidup anak yatim, baik keluarganya sendiri maupun anak yatim orang lain, kelak jarak aku dengannya di Surga adalah seperti dua jari ini." [HR. Muslim]. Mâlik, periwayat hadits ini, mengisyaratkan dengan telunjuk dan jari tengahnya.
Hadits lain diriwayatkan dari Rabî`ah ibnu Mâlik Al-Aslami—Semoga Allah meridhainya, bahwa ia berkata, "Rasulullah—Shallallâhu `alaihi wasallam—bersabda kepadaku: 'Mintalah!' Lalu aku berkata: 'Aku meminta supaya dapat menyertai Anda di Surga'. Beliau pun bersabda: 'Atau yang selain itu?' Aku menjawab: 'Itu saja (tidak ada yang lain)'. Lalu beliau bersabda: 'Bantulah diriku (untuk terkabulnya permintaanmu itu) dengan banyak bersujud.'" [HR. Muslim]
Diriwayatkan pula dari Anas—Semoga Allah meridhainya, bahwa seorang lelaki pernah bertanya kepada Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—tentang Hari Kiamat. Ia berkata, "Kapankah Hari Kiamat itu terjadi?" Nabi menjawab, "Apakah yang telah engkau persiapkan untuk (menghadapi)-nya?" Ia menjawab, "Tidak ada, selain bahwa aku mencintai Allah dan Rasul-Nya." Beliau pun bersabda, "Engkau akan bersama orang yang engkau cintai." Anas berkata, "Tidaklah pernah kami merasa gembira karena sesuatu sebagaimana kegembiraan kami mendengar sabda Nabi: 'Engkau akan bersama orang yang engkau cintai'."
Jadi, menanggung hidup anak yatim; banyak bersujud; mencintai Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam, para shahabat beliau, dan para tabi`in; serta memperbanyak amal kebajikan, semua itu merupakan amalan-amalan yang akan mengangkat derajat pelakunya hingga berada dekat dengan manusia-manusia yang dikaruniai nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, para shiddîqîn, para syuhada, dan orang-orang shalih. Salah seorang di antara mereka, bahkan yang paling utama di antara mereka semua, tentunya adalah Nabi Muhammad—Shallallâhu `alaihi wasallam.
Wallâhu a`lam.
Anda dapat mencari fatwa melalui banyak pilihan